Happy Cute Box Bear

Kamis, 17 November 2016

SIKLUS KREBS (DAUR ASAM TRIKARBOKSILAT)

Siklus Krebs adalah proses utama kedua dalam reaksi pernafasan sel. Siklus Krebs ini ditemukan oleh Hans Krebs (1900-1981). Reaksi pernafasan sel tersebut disebut juga sebagai daur asam sitrat atau daur asam trikarboksilat.
Siklus Krebs

Tahapan Reaksi dalam Siklus Krebs

Siklus Krebs terjadi di mitokondria dengan menggunakan bahan utama berupa asetil-CoA, yang dihasilkan dari proses dekarboksilasi oksidatif. Ada delapan tahapan utama yang terjadi selama siklus Krebs.
1. Kondensasi
Kondensasi merupakan reaksi penggabungan molekul asetil-CoA dengan oksaloasetat membentuk asam sitrat. Enzim yang bekerja dalam reaksi ini adalah enzim asam sitrat sintetase.
2. Isomerase sitrat
Tahapan ini dibantu oleh enzim aconitase, yang menghasilkan isositrat.
3. Produksi CO2
Dengan bantuan NADH, enzim isositrat dehidrogenase akan mengubah isositra menjadi alfa-ketoglutarat. Satu molekul CO2 dibebaskan setiap satu reaksi.
4. Dekarboksilasi oksidatif kedua
Tahapan reaksi ini mengubah alfa-ketoglutara menjadi suksinil-CoA. Reaksi dikatalisasi oleh enzim alfa-ketoglutarat dehidrogenase.
5. Fosforilasi tingkat substrat
Respirasi seluler juga menghasilkan ATP dari tahapan ini. Reaksi pembentukan ATP inilah yang dinamakan dengan fosforilasi, karena satu gugus posfat akan ditambahkan ke ADP menjadi ATP. Pada awalnya, suksinil-CoA akan diubah menjadi suksinat, dengan mengubah GDP + Pi menjadi GTP. GTP tersebut akan digunakan untuk membentuk ATP.
6. Dehidrogenasi
Suksinat yang dihasilkan dari proses sebelumnya akan didehidrogenasi menjadi fumarat dengan bantuan enzim suksinat dehidrogenase.
7. Hidrasi dan regenerasi oksaloasetat
Dua tahapan ini merupakan akhir dari Siklus Krebs. Hidrasi merupakan penambahan atom hidrogen pada ikatan ganda karbon (C=C) yang ada pada fumarat sehingga menghasilkan malat. Malat dehidrogenase mengubah malat menjadi oksaloasetat. Oksaloasetat yang dihasilkan berfungsi untuk menangkap asetil-CoA, sehingga siklus Krebs akan terus berlangsung. Adapun hasil dari Siklus Krebs adalah ATP, FADH2, NADH dan CO2. Siklus akan menghasilkan 2 molekul CO2, yang dilepaskan. Jumlah molekul NADH yang dihasilkan adalah 6 molekul, sedangkan FADH adalah 2 molekul. ATP yang diproduksi secara langsung ada sebanyak 2 molekul, yang merupakan hasil dari reaksi fosforilasi tingkat substrat. FADH2 dan NADH adalah molekul yang digunakan dalam tahapan transpor elektron. Setiap molekul NADH akan dioksidasi lewat transpor elektron sehingga menghasilkan 3 ATP per molekul, sedangkan satu molekul FADH2 menghasilkan 2 molekul ATP.

JERUK PURUT PENGHASIL MINYAK ATSIRI


Minyak Atsiri dari Daun Jeruk Purut: Proses Penyulingan dan Ekstraksi
 Jeruk purut adalah salah satu anggota suku jeruk-jerukan, Rutacea, dari jenis Citrus. Nama latinnya adalah Citrus hystrix. Buahnya tidak umum dimakan, karena tak enak rasanya. Banyak mengandung asam dan berbau wangi agak keras.  Tinggi pohonnya antara 2-12 meter. Batangnya agak kecil, bengkok atau bersudut dan bercabang rendah. Batang yang telah tua berbentuk bulat, berwarna hijau tua, polos atau berbintik-bintik. Daun jeruk purut berwarna hijau kekuningan dan berbau sedap. Bentuknya bulat dengan ujung tumpul dan bertangkai. Tangkai daun bersayap lebar, sehingga hampir menyerupai daun. Daun ini banyak dipakai untuk bumbu masakan. Buah jeruk purut lebih kecil dari kepalan tangan, bentuknya seperti buah pir, tetapi banyak tonjolan dan berbintil. Kulit buahnya tebal dan berwarna hijau. Buah yang matang benar berwarna sedikit kuning. Warna daging buahnya hijau kekuningan, rasanya sangat masam dan agak pahit.

Proses Penyulingan dan Ekstraksi Minyak Atsiri

Jika daun jeruk purut itu disuling, dihasilkan minyak atsiri yang dari tidak berwarna (bening) sampai kehijauan (tergantung cara ekstraksi), minyak atsiri berbau harum mirip bau daun (jeruk purut). Minyak atsiri hasil destilasi (penyulingan) menggunakan uap mengandung 57 jenis komponen kimia. Yang utama dan terpenting adalah sitronelal dengan jumlah 81, 49%, sitronelol 8,22%, linalol 3,69% dan geraniol 0,31%. Komponen lainnya ada dalam jumlah yang sedikit.
Ekstrasi yang dilakukan menggunakan pelarut meliputi persiapan bahan, mencampur, mengaduk dan memanaskan bahan dan pelarut serta memisahkan pelarut dari minyak atsiri. Metode ekstraksi yang digunakan antara lain destilasi uap, destilasi dengan cara Likens-Nickerson, maserasi dan perkolasi.
Pelarut yang banyak digunakan untuk mengekstraksi minyak atsiri adalah etanol, heksana, etilen diklorida, aseton, isopropanol dan metanol. Penyulingan atau destilasi uap dilakukan dengan cara menimbang daun jeruk purut sesuai dengan kapasitas tangki penyulingan, kemudian dirajang (dipotong kecil-kecil). Proses penyulingan minyak atsiri dilakukan selama 6 jam. Minyak atsiri yang diperoleh dipisahkan dari air dengan menggunakan labu pemisah minyak. Destilasi menggunakan alat yang sama dengan destilasi uap, hanya rajangan daun jeruk purut langsung dicampur dengan air dan dididihkan. Dalam destilasi uap, rajangan dipisahkan dari air mendidih oleh suatu kawat kasa, hingga hanya terkena uapnya. Proses penyulingan dan pemisahan minyak atsirinya juga sama.
Cara Likens-Nickerson (alatnya disebut ekstraktor Lickens-Nickerso) merupakan ekstraksi minyak atsiri dalam skala laboratorium. Rajangan daun jeruk purut dicampur dengan air suling, lalu diletakkan dalam labu erlenmeyer 1 liter. Pelarut ditempatkan dalam labu didih 50 ml (labu ini berhubungan dengan labu erlenmeyer melalui pipa gas dan kondensor). Kedua labu dipanaskan sampai mendidih hingga minyak atsiri tersuling secara simultan selama 3 jam. Pemisahan minyak atsiri dari pelarutnya dilakukan dengan penguapan pada tekanan rendah. Pada cara maserasi, daun jeruk purut yang telah dihancurkan direndam dalam tangki tertutup dan didiamkan beberapa hari. Selama itu dilakukan pengadukan beberapa kali supaya larutan minyak atsiri merata. Selanjutnya dilakukan penyaringan dan pengepresan, hingga diperoleh cairan pelarut. Penjernihan dilakukan dengan pengendapan atau penyaringan. Sedangkan perkolasi adalah melarutkan minyak atsiri dari hancuran daun jeruk purut dengan pelarut yang mengalir. Seperti halnya maserasi, daun dihancurkan lebih dulu supaya ekstraksi berlangsung lebih cepat. Hancuran jeruk purut itu kemudian dialiri dengan pelarut pada sebuah perkolator. Setelah proses dianggap selesai, cairan yang diperoleh dipisahkan minyak atsirinya dengan cara penyulingan.

Rabu, 02 November 2016

Awas, 5 Bahan dalam Pasta Gigi Ini Ternyata Berbahaya!


Kali ini saya akan membahas kimia yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Siapa sih yang gak kenal pasta gigi? Dalam kehidupan sehari-hari, kita wajib membersihkan gigi dan mulut menggunakan pasta gigi. Namun dalam pemakaian harus hati-hati karena mengandung senyawa kimia merugikan kesehatan.



Sebuah studi yang dilakukan Cornucopia Institute, menemukan bahwa bahan dasar pembuatan pasta gigi memiliki senyawa kimia berbahaya yang berisiko pada kesehatan tubuh jika digunakan setiap hari. Terlebih senyawa kimia berbahaya tersebut kontak langsung dengan mulut yang bisa menelan tanpa sengaja.
Berikut lima senyawa kimia berbahaya yang wajib Anda hindari jika tertera dalam produk pasta gigi Anda :
1. Karagenan
Senyawa yang berasal daru rumput laut ini biasa digunakan sebagai bahan pengental. Namun sayangnya karagenan terbukti menyebabkan peradangan usus dan mempengaruhi tumbuhnya sel kanker pada tubuh.
2. Diethanolamine (DEA)
Dalam pasta gigi, senyawa ini digunakan untuk membuat pasta gigi namun berisiko menyebabkan iritasi pada mata dan kulit. Lebih bahaya lagi jika DEA bereaksi dengan senyawa lain yang mampu menghasilkan kanker hati.
3. Fluoride
Mineral dalam pasta gigi ini digunakan untuk memperkuat email gigi sekaligus membantu cegah gigi berlubang. Namun sebuah penelitian mengungkap bahwa fluoride yang tertelan dapat menyebabkan kanker tulang pada pria dan gangguan fungsi otak.
 4. Formaldehyde-releasing
Senyawa kimia ini melepaskan formaldehida yang mampu diserap melalui membran mulut dan menyebabkan iritasi pada kulit dan mulut hingga memicu alergi lainnya.
5. Paraben
Senyawa kimia alami yang digunakan sebagai wewangian pada pasta gigi diduga mampu mengganggu endokrin dan menyebabkan kanker dan masalah reproduksi


(sumber : liputan6.com)